"There is no path to peace. Peace is the path."
(Mahatma Gandhi)

Monday 2 July 2012

JANJI CLEI

Gue berjanji, kalo gue jadi orang kaya, gue akan melakukan hal apapun untuk menolong orang lain.


Untuk yang terkasih Cleidion Ford Dhion. Orang yang lahir lebih lama setahun dariku. 

Hai, Clei.
Apa kabarmu?
Sudah lama kita tak bercengkerama seperti dulu. Kamu masih ingat tidak? Di saung kayu kecil di sebelah rumah kita, yang dikelilingi kolam ikan kepunyaan Ayah... kita duduk bersama setiap sore. Mengobrol, bermain games bersama, mengerjakan PR, ataupun belajar Alkitab. Semua kita lakukan bersama di sana.


Saung kayu kecil itu, sudah berubah. Kayu-kayunya mulai berdebu. Aku jarang menggunakannya lagi, kecuali untuk menerima tamu yang datang ke rumah. Ayah juga mulai malas mengurus kolam ikannya, jadi beliau mempekerjakan Pak Radit, saudara sepupu Pak Tedi, tukang kebun kita.

Meski begitu, sudut-sudut kamarmu masih tertata rapi. Setiap hari Bu Nata membersihkannya. Kadang, kalau encok Bu Nata kambuh, aku menggantikannya membereskan tempat di mana kamu beristirahat dulu.

Hmm... Ibu... selalu sibuk di dapur dan di ruang jahitnya. Beliau masih menerima orderan jahit, walau tak sebanyak dulu, ketika kita duduk di bangku sekolah dasar. Ah ya, sekarang Ibu (dan Ayah juga!) membuat kerupuk bawang lalu menitipkannya di warung Mbok Tresni, tempat kita sering bersembunyi dari kejaran anjing galak Pak Brady. Yah, aku sangan mendukung kegiatan positifnya. Sembari menikmati masa tuanya, Ibu masih berusaha untuk menolong orang lain.

Aku juga baru ingat. 2 hari yang lalu ulang tahunmu. Ibu membuatkan kue lapis surabaya kesukaanmu.

Tiba-tiba saja aku merasa hatiku teriris. Jika saja hal ini terjadi seperti tahun-tahun lama kita, kue di atas piring segi empat plastik berpola daun itu, kamu pasti sudah melahapnya berkali-kali. Sekarang, kami membagi dua kue berukuran 40 x 40 cm itu. Sebagian disimpan untuk di rumah, dan sebagian kami potong-potong lagi untuk dibagikan ke beberapa tetangga. Dan ternyata aku masih mampu menghabiskan 3 potong.

Clei, aku menerima gaji pertamaku sebagai editor di suatu majalah minggu lalu. Sayang kau melewatkannya. Ah, tapi mungkin kau tidak mau juga menikmatinya bersamaku, karena gajimu sudah pasti jauh di atasku. Sepersepuluh dari gaji itu, tentu saja kuberikan kepada gereja. Sisanya aku tabung, mungkin untuk kebutuhan sehari-hari atau keperluan mendadak nanti.

Tak terasa memang.

Waktu sudah meninggalkan jejak bertuliskan 5 tahun. Ayah dan Ibu semakin tua, tapi mereka masih semangat. Aku juga semakin tua, tapi kadangkala semangatku itu patah menjadi tiga... atau mungkin lebih. Aku sering merasa malu pada kedua orangtua ini. Usiaku sudah begini, dan aku masih harus menumpang di tempat mereka. Walau mereka mengatakan tidak apa, tapi aku sudah mulai berniat untuk mengontrak rumah. Amin. Semoga saja bisa.

Bagaimana kabar istrimu, Cleo? Kudengar dari Fina, sahabat lama kita, bahwa sebulan yang lalu dia melahirkan anakmu yang ketiga. Kuharap dia dan anaknya sehat-sehat saja.

Aku tentu berharap yang terbaik untukmu.

Bukan, ini bukan potongan lirik lagu Someone Like You milik Adele yang bisa membuat remaja semakin galau itu. Aku benar-benar berharap yang terbaik untukmu. Semua yang terbaik, demi adikku tercinta. Meski mungkin... kamu lupa identitas awalmu, langkah-langkah kenangan yang membingkai dirimu, ataupun kasih dan cinta kami sebagai keluargamu... serta yang paling penting: janjimu kepadaku dan kepada Tuhan, untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain.

Meski kamu sudah lupa itu semua, Clement Ford Derry takkan lupa akan nasib saudara satu-satunya ini.

Kapan kita bisa bertemu lagi ya?
Apa kamu masih sudi bertemu denganku?

Harapanku untukmu, yang masih sama seperti 5 tahun lalu: kuharap kamu ingat janji lamamu. Janji kecil yang usang, yang tak bisa terkatakan lagi oleh sang milyarder Cleidion Ford.


"Gue berjanji..."
"Hah?"
"Gue berjanji, kalo gue jadi orang kaya, gue akan melakukan hal apapun untuk menolong orang lain."
"Kok tiba-tiba lu ngomong gitu sih?"
"Yaa... nggak apa-apa 'kan, Kak. Gue benar-benar ingin menjadi orang yang berguna."
"..."
"Kakak setuju?"
"Tentu saja. Kamu harus mewujudkan itu semua."


Jakarta, 2 Juli 2012 


No comments:

Post a Comment