"There is no path to peace. Peace is the path."
(Mahatma Gandhi)

Thursday 12 July 2012

Hardest Musical Instruments I've Ever Learn!

Liburan itu tidak terasa. Tahu-tahu, tanggal 16 (4 hari lagi) sudah masuk sekolah. Kangen sih, sama yang namanya sekolah. Tapi ini berarti saya sudah duduk di kelas tertinggi di Sekolah Menengah Pertama. Kelas 9 atau 3 SMP :D

Sebelum masuk, saya sedang sibuk belajar dua instrumen musik yang menurut saya... paling sulit. Selama ini saya pernah belajar keyboard (meski lesnya nggak dilanjutkan lagi), recorder, pianica, bells yang bentuknya mirip xylophone, dan gitar (cuma bisa kunci G, D, sama A). Tapi kali ini saya memutuskan untuk serius belajar alat musik yang termasuk sulit.


Pertama, trumpet atau trompet.


Kalau melihat alat ini, saya jadi ingat tentara-tentara Inggris yang meniup trompet saat menyambut orang penting. Alat musik yang termasuk keluarga brass ini biasanya memiliki pitch B, tapi ada juga trompet F, C, D, E, E, G, dan A.

Memainkan trompet ini cukup sulit karena hanya ada tiga tombol, sehingga pemain harus menyesuaikan dengan feeling atau perasaannya.

Saya mempelajari ini karena saya adalah anggota Mount Moriah Marching Band, sebuah marching band yang dibentuk di gereja saya: Mount Moriah Jakarta. Sebelumnya saya bermain bells. Lalu saya memutuskan untuk pindah alat ke trompet.

Memang tak semudah yang dibayangkan. Dibadingkan dengan saxophone, meniup trompet butuh nafas yang lebih kuat, meski untuk teknik saxophone memang lebih sulit. Jika salah meniup, pasti suaranya jadi nggak karuan. Banyak yang bilang suara trompet agak 'cempreng' dan tidak cocok dimainkan sendirian Memang ada benarnya. Tapi saya suka alat ini, karena suaranya tegas dan jelas.

Semoga saja saya dapat segera menguasai alat ini dan menjadi trumpeter yang baik.




Kedua, violin atau biola.


Saya baru diberikan benda ini oleh om saya, kemarin (hari Rabu). Hadiah kenaikan kelas gitu, hehehe :)

Alat musik gesek ini punya empat senar: E, A, D, G. Nada paling rendah adalah G (senar keempat). Apa yang membuat bermain biola menjadi sulit adalah benda ini tidak memiliki fret seperti gitar. Fret itu garis-garis vertikal yang menjadi batas untuk nada-nada. Bermain biola harus mengandalkan perasaan dan kepekaan dari pemain itu sendiri. Kadang untuk pemain pemula, ada yang menggunakan selotip atau tip-ex untuk menandai nada, tapi itu membuat indera pendengaran kurang terlatih.

Jadi, bagaimanapun sulitnya, saya memutuskan untuk tidak menandai biola saya. Dan saya memutuskan untuk belajar otodidak saja. Alasannya? Biaya les mahal, dan belajar otodidak lebih seru :D

Ada beberapa hal yang menginspirasi saya untuk belajar biola. Biola adalah alat musik yang suaranya manis dan indah. Selain itu, biola praktis. Bisa dibawa-bawa ke mana-mana. Biola juga dapat melatih kepekaan dan perasaan kita agar lebih halus. Beberapa tokoh favorit saya juga bisa bermain biola: Johann Sebastian Bach (meskipun dia komposer), Albert Einstein, Sherlock Holmes, detektif fiktif favorit saya, dan dari Indonesia, W.R. Soepratman.

Sekali lagi, semoga saya bisa segera menguasai alat musik ini dan menjadi violinist yang baik :)

2 comments:

  1. Lucky banget kamu bisa nerusin trumpet dan bisa main biola. First time I played brass is in a marching band and so I didn't continue playing it. Furthermore, dua2nya kamu bisa bawa ke mana2, jadi praktis. Good luck in learning it! :D

    Oh, sori asal nimbrung. I saw you from Farida Susanty's blog. I just instantly typed when I looked at the trumpets. Hahaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Whoa, sorry for a veryyy late reply. I don't write in this blog as often as 2 years ago, hehe.

      Sebenarnya karena kesibukan leadernya, marching band yang aku ikutin itu sekarang lagi hiatus :"D
      Still don't know when will we start playing music again. Aku sendiri juga lagi sibuk mengurusi kuliah, makanya agak terhenti belajar musiknya :")

      But anyways, thank you so much! ^^ Hehe.

      Delete