"There is no path to peace. Peace is the path."
(Mahatma Gandhi)

Thursday 26 July 2012

KAMUNAFIK

Teruntuk: KAMUNAFIK. Spesies manusia berkepala batu dan bertelinga batu. 
Juli 2012 
Dari dalam bilik sempit

Kamu munafik.

Dua kata yang selalu kugaungkan di telingamu-----ah, tepatnya telinga kita-----tapi kau tak pernah merasa bosan. Karena kamu termasuk spesies unik berkepala batu dan bertelinga batu. Bukan dalam makna denotasi. Sesungguhnya, kamu adalah sesuatu yang unik dalam hal positif.

Tidak ada yang memiliki wajah persis sepertimu, meski kata ilmuwan setidaknya ada 3 orang yang mirip dengan kita di dunia ini.

Kau pasti bertanya tentang diriku. Bagaimanapun juga, kita itu satu.

Iya, memang kita itu satu. Tapi aku tak terlihat. Aku hanya mondar-mandir di bilik sempit itu. Interiornya memang kamu balut dengan rapi. Wallpaper bergambar daun-daun indah. Lemari buku favorit kita di pojok ruangan. Bantal sutra ungu yang bercorak bunga tulip. Tak ketinggalan perapian yang jarang sekali kau nyalakan, padahal di sini begitu dingin.

Aku tahu banyak hal mengenai perapian itu.
Ada saja sesuatu yang membuatnya tak bisa menyala. Entah angin dari mana, ataupun tetesan-tetesan air yang merembes dari atap. Kamu ini, gerutuku, membuat hidupku sengsara saja. 

Kembali ke persoalan 'orang yang mirip' di atas tadi. Aku........... bisa dibilang berwajah cukup sama denganmu. Tapi tak usah kau hitung aku sebagai kembaran nyatamu. Aku hanya sesuatu yang terpendam di dalam dirimu. Sudah cukup banyak tahun yang kulewati untuk mengamati dirimu dan memperingatkanmu. Tapi kamu memang kepala batu dan telinga batu. Kamu menutup pintu bilikku tanpa membiarkan aku keluar untuk berbicara denganmu.

Kamu mengurungku, karena kamu takut dengan dirimu sendiri. Egomu seperti di dalam tungku batubara. Terlalu tinggi panasnya.

Mungkin kau anggap aku melantur. Namun aku sadar sepenuhnya, tak sepertimu! Kamu masih terbagi-bagi. Sesekali kau berpijak di lembah yang dipayungi hitam, tak jarang juga kau terbang ke langit putih. Kau ini, gumamku, mau memilih yang mana sih? Dasar manusia plinplan.

Aku ingat betul.

Kalau kamu ada perlu denganku, kamu pasti akan mengetuk pintu bilikku yang terbuat dari kayu mahoni itu dengan lembut. Lalu aku akan membukakannya dan menyambutmu dengan raut datar. Semakin lama semakin datar, nyaris menyamai televisi flat yang pernah kau lihat di rumah tetangga itu. Kau berdiri dengan muka memelas. Dari ujung rambut hingga ujung kakimu basah.

Aku yakin, pasti kau baru saja berenang di dalam air mata. Yah, air mata itu memang perlu. Tapi bukan untuk membujukku saja 'kan, kamu membasahi seluruh tubuhmu?

Kamu munafik.

Pada akhirnya, aku menyerah. Aku, si--sesuatu--datar di dalam tubuh manusia berkepala batu dan bertelinga batu, sudah menyatakan iya untuk menolongmu. Kau memang selalu berhasil membuatku merasa tak tega.

Mentalmu lemah.

Fisikmu, pas-pasan.

Rohanimu? Nah, itu aku tak tahu. Hanya kau yang bisa menentukan. Pada akhirnya krena itulah aku memutuskan untuk tetap tinggal di bilik sempit ini. Walau perapiannya sering sekali kehilangan nyawa. Walaupun aku sering sekali dilupakan. Serta ribuan kalimat 'walaupun' yang menggambarkan keegoisan seorang manusia berkepala batu dan bertelinga batu.

Jadi, aku tetap disini. Aku tak jadi kabur seperti ancamanku 2 minggu yang lalu. Jika aku tak ada, mungkin kamu bisa mati depresi. Hahaha, berlebihan ya?

Sebenarnya sederhana saja. Kita diciptakan Tuhan sebagai sesuatu yang terikat. Merged. Chained by something invisible. Aku yakin kamu lupa itu, sampai-sampai kau tak bisa tidur 3 hari 3 malam karenanya. Hahaha, dasar manusia. 

Terakhir, aku hanya ingin mengatakan hal yang sama seperti dulu, ketika kamu melakukan kesalahan terbesar di dalam hidupmu setahun yang lalu dan menyembunyikannya jauh di bawah tanah:

Berusahalah untuk tidak menjadi orang yang munafik.

Salam sayang untuk manusia berkepala batu dan bertelinga batu yang tercinta, 
Hati nurani

---------------------------------


PS: Jangan tidur terlalu larut. Kau sepertinya mulai sibuk akhir-akhir ini. Kunjungi jika ada keperluan, tapi kau tak perlu berendam di Curug Air Mata dulu! 

No comments:

Post a Comment